Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Renungan 9 Mei 2010


“SUDAHLAH . . . ! “
Nas Khotbah, Bilangan  14: 11-20


Dunia dengan segala keinginannya sedang menuju kebinasaannya. Lihatlah beberapa contoh yang diperlihatkan oleh alam. Cuaca ekstrim, pemanasan global, semakin tipisnya oksigen di belahan laut tertentu yang mengakibatkan kepunahan biota laut hingga gempuran benda-benda langit terhadap planet bumi yang terjadi silih berganti.
Manusia menjadi kuatir dan cemas dengan masa depannya, termasuk terhadap bumi yang ia tempati. Kekuatiran dan kecemasan itu membuat mereka semakin memberhalakan ilmu dan teknologi. Tuhan tidak dipercayai sepenuhnya. Orang-orang Kristen menjadi the atheist Christians (mengaku Kristen tetapi tidak mempercayai pemeliharaan Allah).
Gejala yang sama diperlihatkan dalam nas khotbah hari ini. Dalam perjalanan menuju masa depan di Tanah Perjanjian itu, umat Israel meragukan kepemimpinan Allah dalam diri Musa. Laporan sepuluh dari duabelas pengintai lebih mereka simak dibandingkan dengan laporan yang selebihnya. Mereka terguncang mendengar berita bernada pesimistis ke-10 pengintai yang mengatakan bahwa kendati tanah itu subur akan tetapi jika kita masuk ke sana, kita bisa menjadi makanan penduduk asli yang berbadan besar. Suara yang dua orang menjadi samar-samat, padahal mereka optimistis bahwa dengan penyertaan Tuhan mereka dapat menduduki negeri tersebut.
Dalam konteks kehidupan kita sekarang, keputusan akhir dari perundingan mereka adalah: ”Sudahlah! Tidak ada harapan bagi kita untuk memasuki negeri itu. Lebih baik jika kita kembali ke Mesir, menjadi budak di negeri asing itu!”. Mereka bahkan menyalahkan Tuhan: ”Mengapa Tuhan membawa kami . . .”
”Sudahlah . . . ! adalah ungkapan skeptis yang semakin sering terdengar belakangan ini. Ketika kita ragu bahwa negara ini dapat membersihkan diri dari korupsi, maka kita mengatakan, ”Sudahlah!”
Ketika seorang pendeta meragukan perubahan jemaatnya, tidak jarang dia juga akan mengatakan, ”Sudahlah!”.
Padahal Tuhan menghendaki kita lebih berpengharapan. Itulah yang ditunjukkan dalam nas khotbah hari ini. Musa berdoa syafaat, agar Tuhan mengurungkan niat-Nya untuk membinasakan umat Israel. Ia membujuk dan memohon. Dan Tuhan merubah niat-Nya. Tuhan yang kadang-kadang kesal melihat umat-Nya yang hanya bisa mengeluh dan bersungut-sungut, pada ayat terakhir mengatakan, ”Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu.”  Rancangan damai sejahtera Tuhan berlaku, akan tetapi doa syafaat manusia juga berperan.
Dan itu yang menjadi pesan Rogate bagi kita hari ini, ”Jangan mundur, tetapi bersyafaatlah.”  Orang Kristen memang harus menjadi pendoa syafaat bagi bumi yang dia huni, jika ia menghendakinya lestari.
Selamat Hari Minggu !

tmibx3-070510-bs

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS