Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Tangisilah Dirimu


TANGISILAH DIRIMU BUKAN PERISTIWAMU
(Yoel 1: 8-20)
Merataplah seperti anak dara yang berlilitkan kain kabung, berkabunglah para imam, yakni pelayan-pelayan TUHAN. Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allah.

S
epertinya kesulitan demi kesulitan tidak pernah berhenti menerpa kehidupan kita, bahkan intensitasnya semakin tinggi dan beragam. Berbagai kasus belum terselesaikan – kasus lain sudah muncul, akibatnya kehidupan ditindih dan dililit kasus. Cita-cita untuk hidup sejahtera dan makmur – kekuatannya semakin lemah, bahkan menjadi pengharapan yang mengecewakan. Disamping itu fenomena alam terakhir-terakhir ini sepertinya kurang bersahabat dengan kehidupan bumi ini: cuaca ekstrim sering terjadi, dan berbagai fenomena alam lainnya menambah sulitnya kehidupan. Para petani mengeluh dan mengerang karena gagal panen akibat banjir menghanyutkan tanaman; tanaman produktif tidak bertunas karena hilangnya mata air dan kekeringan; bangunan infra-struktur rusak akibat gempa datang secara tiba-tiba. Disamping itu pertikaian horizontal, tindak kekerasan, dan anarkis sepertinya “terpelihara”. Semua keadaan atau peristiwa ini membuat kita resah dan gelisah, kehilangan rasa tenteram dan damai, susah dan menderita.
Apa yang harus kita lakukan? Adalah arif dan bijaksana bila kita berdiri kini dan di sini bukan mengeluhkan keadaan, terlebih mempersalahkan orang lain, namun merubah paradigma berpikir dan bersikap dari “problem maker” menjadi “solution maker”, dari ideologi destruktif menjadi konstruktif. Kehadiran kita masuk dalam peristiwa bukan untuk mengeluhkan baik dan buruknya peristiwa, namun bagaimana kita meresponse atau memaknai setiap baik dan buruknya peristiwa. Itulah substansi kehadiran kita di bumi ini. Dalam konteks spritualitas insaf diri adalah nilai absolute yang harus dimenangkan. Adanya pengenalan akan diri bukan sebagai pemilik kehidupan, namun sebagai insan titipan pemelihara akan hidup. Pemilik satu-satunya kehidupan adalah Tuhan yang kepada-Nya semua insan titipan bersembah sujud untuk memelihara gerak hidup. Keberdosaan kita yang paling besar adalah sering kali menganggap dan menjadikan diri sebagai pemilik kehidupan, serta memposisikan diri sebagai Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pemberi pertanggungjawaban akan gerak hidup. Celakanya kita di sana…! Oleh sebab itu insaf dirilah… bangunlah tobat diri karena hanya dengan cara itu hidupmu akan dipulihkan Tuhan.
Allah menjawab, “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Ku-kirim ke antara kamu”. Ini adalah janji Allah untuk menebus dan memberkati Israel, tetapi ini juga merupakan suatu janji pribadi untuk mereka yang telah mengalami bencana atau tragedi. Berapa tahun dalam kehidupan kita telah dihabiskan oleh “belalang” ini — belalang ingin senang sendiri, belalang menunda-nunda dan belalang dosa-dosa tersembunyi! Allah siap untuk mengampuni dan memulihkan tahun-tahun yang telah hilang itu jika kita mau bertobat dan meminta Dia supaya mengampuni kita. Amin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS