Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Renungan


SETIA KEPADA ALLAH DALAM SEGALA HAL
Ulangan 6 : 10 - 15

S
ering terdengar ungkapan tentang ”Swasembada Pangan” ; persediaan beras cukup sampai hari lebaran dan Natal. Panen tahun ini berhasil, ataupun panen tahun ini gagal. Negara kita masih mengimport beras dari negara lain. Mengapa pangan menjadi persoalan utama dibandingkan dengan hal yang lainnya? Pangan menyangkut hidup dan kehidupan orang banyak. Tanpa makan manusia akan lapar dan lapar akan menimbulkan penyakit dan kematian. Masalah kerawanan pangan sangat berkorelasi dengan kemiskinan. Pangan dan kekurangannya sudah merupakan persoalan hidup manusia disepanjang sejarah kehidupan manusia itu sendiri (Kejadian 42 : 1 – 3 ; Rut 1 :1 – 2).
            Allah sangat memperhatikan hal ini, sehingga kecukupan pangan menjadi suatu berkat yang Ia janjikan dan berikan kepada umatNya. Membawa ke Tanah Perjanjian, mencukupkan makanan dan segala kebutuhan bangsaNya merupakan janji Tuhan. Namun harus diakui bahwa kemakmuran sering merupakan ancaman yang besar dalam hidup manusia, karena kemakmuran dapat menyeret orang ke dalam berbagai dosa karena lupa diri.
            Dalam perikop ini, Tuhan menyebut beberapa kecenderungan dosa yang dapat dilakukan manusia sehubungan dengan kemakmuran itu, yaitu : melupakan Tuhan (ay 12) ; tidak takut akan Tuhan (ay 13) ; tidak rajin beribadah (ay 13.b) ; menduakan Tuhan atau beribadah kepada allah lain (ay 14). Ketika masih dalam proses perjuangan meraih kemakmuran yang sudah dijanjikanNya kepada Israel, Tuhan mengingatkan mereka dengan sangat tegas agar ”berhati-hati” setelah mereka masuk ke negeri yang dijanjikanNya.
            Tidak dapat dipungkiri, banyak orang yang sebelum memiliki kemakmuran rajin beribadah, rajin ke gereja, tekun berdoa, namun setelah kemakmuran sudah dimiliki dan dinikmati, dia melupakan Tuhan. Frekuensi beribadahnya kepada Tuhan saat hidup makmur tidak sesering dan setulus ketika hidup masih kekurangan. Sibuk dengan usaha dan pekerjaan yang dianugerahkan Tuhan. Ketika belum memiliki sesuatu, begitu perduli dengan kerajaan Allah, tetapi ketika sudah memiliki bahkan banyak memiliki membuat orang terseret mengabaikan kerajaan Allah. Kita ingat perumpamaan tentang orang yang berdalih yang disampaikan Yesus dalam Lukas 14 : 15 – 24 ; ”Bahwa begitu banyak orang yang berdalih untuk urusan kerajaan Allah sesudah memiliki sesuatu (sudah punya ladang, punya lembu, punya pasangan hidup, dll). Ketika tidak memiliki apa-apa sikap masih rendah hati, namun setelah memiliki sesuatu menjadi sombong dan tinggi hati.
            Nats ini peringatan keras dalam hidup kekristenan kita, agar kita senantiasa berhati-hati dan dapat mengusai diri dalam segala hal. Jika kesulitan menerpa dan berbagai penderitaan menghadang, berserahlah dan percayalah kepada Tuhan yang mampu menolong dan memberi jalan keluar dalam hidup (Matius 11 : 28). Jangan putus asa dan jangan menyembah ilah-ilah lain (dukun) karena hal itu kekejian bagi Tuhan. Dan ketika kita mengalami kemakmuran, ingat bahwa itu adalah anugerah pemberian Tuhan. Berkat-berkat Tuhan yang kita terima hendaknya senantiasa menuntun kita mengenal Allah yang benar dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Jangan mendewakan kemakmuran, kekayaan, jabatan (ilah baru) tetapi takutlah dan setialah senantiasa pada Allah. Allah tidak boleh diperlakukan hanya sebagai ban serap yang kalau diperlukan baru kita ingat dan kita pakai. Allah jangan kita jadikan ”salah satu”, Ia mau menjadi yang ”nomor satu” bahkan yang ”satu-satunya” dalam hidup kita. Amin
                                                   SELAMAT HARI MINGGU !                                                   
CHT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS