Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Renungan

APA YANG AKAN  MEREKA INGAT TENTANG KITA?
Ev. Efesus 5: 22-33

N
as khotbah hari ini mengajar para pasutri untuk saling mengasihi. Istri harus tunduk kepada suaminya, bukan karena perasaan takut akan tetapi didorong oleh cinta kasih. Ketika suami telah membuktikan diri sebagai pelindung bahkan penyelamat istrinya, maka patutlah si istri tunduk kepada suami di dalam kasih.
Sejalan dengan itu para suami juga didesak untuk mengasihi istrinya. Dua gambaran diberi sebagai dasar. Yang pertama kasih Kristus kepada jemaat (sampai-sampai Dia mau mati bagi mereka) dan yang kedua perlakuan kita kepada tubuh kita sendiri, yang harus kita pelihara dan rawat. Maka klop-lah. Di antara suami dan istri sikap saling mengasihi harus selalu terbentang. Hubungan suami istri yang juga menggambarkan hubungan Kristus dan gereja harus dilandaskan pada kasih yang rela berkorban demi pasangan itu sendiri.
Lalu bagaimanakah kenyataannya dalam kehidupan rumah tangga kita masing-masing?
Satu ketika, kita para orangtua akan meninggal dunia. Duapuluh tahun atau lebih sesudah itu, putra-putri kita akan mengenang kita. Dan kalau kita bisa meneropong ke masa depan, apakah gerangan yang akan mereka ingat tentang kita?
Secara acak, saya menghubungi beberapa orang tentang hubungan ayah dan ibu mereka pada masa lampau. Dan inilah jawaban mereka:
Ø            “Saya tidak pernah mengingat sikap romantis ayah terhadap ibu ketika mereka masih hidup. Kultur Batak memang seperti menabukan kalimat-kalimat: Holong do rohangku tu ho, Inang/Amang. Tapi, ah, rasanya yang gampang teringat adalah pertengkaran.”
Ø            “Entah karena zamannya memang begitu, atau karena kebiasaan kita orang Batak, kami tak pernah melihat ayah dan ibu berjalan bersama-sama. Yang sering terjadi kalau ada  pesta atau kepentingan lain, ibu akan jalan duluan menenteng tandok beras atau barang lain dan puluhan meter di belakangnya baru ayah menyusul, melenggang…”
Ø            “Ayah kami (tahun 90-an) ketika masih hidup memiliki perawakan gagah dan tampan pula. Tapi saya harus mengakui bahwa tipe ayah kami adalah ramah kepada banyak perempuan tetapi tidak kepada istri sendiri.”
Ø            “Saya tidak bisa mengatakan ukuran kasih seperti apa. Yang jelas, ibu kami sangat patuh kepada ayah, bahkan punya kesan takut, tetapi ayah kami juga tidak pernah melakukan kekerasan kepada ibu. Akan tetapi apakah mereka pernah kelihatan menunjukkan sikap mengasihi atau memperhatikan, rasanya tidak pernah teringat tuh !”
Ø            “Ketika ibu kami sakit, saya masih ingat, ayah menyuruh kami merawat dan memberi apa yang perlu. Tapi dia sendiri pergi entah ke mana. Dan itu terjadi berulang-ulang setiap ibu sakit. “
Kutipan di atas barangkali boleh kita jadikan sebagai evaluasi tentang sikap dan perilaku kita terhadap pasangan hidup kita. Tuhan mengajar kita untuk saling mengasihi, saling memperhatikan, saling perduli dan saling menghomati. Berawal dari sanalah sikap yang baik itu akan kita bawa dan berlakukan di dalam gereja kita.
Selamat Hari Minggu!
tmibx3-011010-bs

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS