Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Renungan


“Kerendahan Hati” (Kisah Para Rasul  10: 28 – 34)
(Oleh Pdt. Melfa Simarangkir, S.Th)

K
arakter adat atau kebiasaan yang lazim dan melekat kuat bagi seorang Yahudi adalah merasa diri “superior”, merasa lebih dari yang lain. Hal ini memang tercatat dalam Alkitab, seperti ungkapan “bangsa yang terpilih”, “bangsa yang diurapi”, membuat mereka membatasi diri terhadap orang lain. Akan tetapi segala pemberian anugerah Allah berupa karunia atau kelebihan/kemampuan yang dimiliki seseorang dalam pelayanan, tetapi tanpa karakter yang baik, dapat menjadi batu sandungan!
Dalam kitab Kisah Para Rasul 10, mencatat pertemuan antara 2 Orang seiman. Yakni  Petrus seorang Rasul dengan Kornelius, seorang Perwira pasukan/tentara Italia – yang mengasihi Allah. Kerendahan hati seorang Perwira seperti Kornelius, terlihat dari kebiasaannya/karekternya yang suka berdoa. Suatu ketika Allah melawat Kornelius ketika dia sedang berdoa. Malaikat Allah hadir, kemudian menyuruhnya untuk memanggil Simon Petrus ke kota Yope (ay. 32). Dan dalam pertemuan selanjutnya di rumah Kornelius bersama keluarga, Allah meneguhkan iman keduanya (pertemuan yang saling memberkati).
Yakinlah bahwa Firman Allah selalu baru setiap hari bagi kita, apakah teguran/berkat yang saudara dapatkan setelah membaca kisah dari pertemuan Petrus dengan Kornelius, juga memberkati saudara? atau jangan-jangan roh keragu-raguan yang berasal dari si Iblis telah lama mencurinya? Saudaraku, kerendahan hati seorang Perwira tentara seperti Kornelius mengawali pertumbuhan imannya, sikap hati yang terbuka kepada Allah lewat doa-doa, sehingga membuat Allah tak tahan untuk rela hadir, dan menyatakan Diri-Nya. Iman Kornelius ialah tidak hanya berdoa, tetapi juga mendengar, dan melakukan Firman, sehingga hamba Allah, Rasul Petrus sampai di rumahnya. Andaikan Kornelius tidak berdoa, mungkin Malaikat Allah tidak hadir, juga, andaikan Petrus tidak datang, mungkin Petrus tidak mendengar kesaksian Kornelius, sehingga Petrus diberkati, dan membuatnya tidak lagi sombong rohani, diingatkan bahwa Malaikat Allah juga berkenan hadir melawat Kornelius seorang yang non-Yahudi.
Hari ini, Firman Tuhan sedang menyapa kita, apakah jabatan atau pangkat/gelar yang Saudara dapatkan telah membuatmu memuaskan diri tetapi jauh dari Tuhan? atau mungkin Saudara sedang berpikir, bagaimana mungkin Tuhan mau memakai hidup saya ini untuk menjadi berkat? Ketahuilah, iman Kornelius dalam Kis. 10 tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi iman yang dimiliki Kornelius juga telah menyelamatkan seluruh anggota keluarganya, bahkan termasuk memberkati iman Petrus sendiri, seorang Rasul yang sedang dipakai Tuhan saat itu.
  Rindukan berkat iman Kornelius juga melanda hidup Saudara. Jika Allah sendiri tidak membeda-bedakan orang, maka kita pun di arahkan Firman Allah agar tidak pernah membedakan orang (ay. 34, b). Rendahkan hati dan tinggikan Allah, supaya Dia saja  yang mempromosikan hidup Saudara.

“Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Luk. 14: 11). Amin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS