Kritik dan saran E-mail ke hkbp_slipi@yahoo.co.id

Renungan


KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA - Ev. Imamat 19 : 16 – 18
(Oleh : Pdt. Charles Tambunan, S.Th)

Inti dari seluruh ajaran Kristen dan Hukum Taurat adalah KASIH. Kasih secara vertikal = mengasihi Allah dan kasih secara horizontal = mengasihi sesama manusia. (Matius 22 : 37 – 39)

D
isatu pihak, dalam kepercayaan Kristiani, tidak ada nilai yang lebih diagungkan daripada kasih. Namun dilain pihak, di dalam praktek Kristiani, tidak ada nilai yang mengalami inflasi yang begitu hebat daripada kasih. Kasih sering disalahmengertikan orang, ia sering menjadi slogan kering dan pemulas bibir semata. Mengalami inflasi dan devaluasi setiap kali, lalu tinggal sebagai sesuatu yang emosional dan sentimental semata-mata, pasif dan fatalistis. Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena kasih menjadi tuntutan kepada orang lain, dan bukan pertama-tama menjadi tuntutan pada diri sendiri. Ketika kepentingan diri sendiri dirugikan, orangpun dengan segera berteriak : mana kasih itu? Namun ketika ia merugikan kepentingan orang lain, adakah ia menuntut kepada dirinya sendiri : mana kasih itu?
Kasih yang sejati tidak mengatakan “apabila” tetapi mengatakan “meskipun”. Allah tidak mengatakan “Aku mengasihimu apabila kamu begini atau begitu” yang Dia katakan adalah “Aku mengasihimu meskipun kamu begini atau begitu”. Kasih yang sejati tidak menuntut, kecuali kepada diri sendiri. Kasih diuji, justru ketika kita berhadapan dengan orang lain yang “tidak layak” kita kasihi. Oleh karena itu, kasih tidak pernah mudah, ia tidak pernah murah. Allah menempuh jalan salib, sebab Allah bersedia membayar mahal kasihNya pada manusia.
Dietrich Bonhoeffer, seorang Pendeta Jerman, yang menentang Hitler dengan Nazi-ismenya, ekspansionalismenya yang akhirnya dia dibunuh Hitler. Dia berkata : kasih yang benar “terwujud pada salib Kristus”. Apa yang kita lihat pada salib Kristus? Di sana ada pengorbanan yang sadar dan sukarela, bukan pengorbanan yang tidak berdaya. Di sana ada ketaatan yang sebebas-bebasnya, bukan fanatisme yang membabi buta. Di sana ada pengampunan bagi pendosa, bukan toleransi terhadap dosa. Di sana ada sikap yang tegar menghadapi penderitaan, bukan sikap terpaksa menerima penderitaan.
Bagi Bonhoeffer, gaya hidup orang Kristen adalah gaya hidup kasih yang tanpa syarat kepada musuh-musuh kita, baik yang tidak mengasihi maupun yang tidak layak dikasihi, kasih bagi lawan-lawan agama, lawan politik, dan lawan-lawan pribadi kita. Martin Luther pernah mengatakan : kasih itu harus membenci. Ah, membenci? Ya. Membenci segala sesuatu yang bertentangan dengan kasih. Mengasihi orang yang berdosa, tetapi membenci dosa. Hidup di dalam kasih, harus berjuang bagi kebenaran bukan kebesaran. Kasih itu pemaaf, bukan pendendam, berserah walaupun tidak pernah menyerah. Rela mengalah kalau perlu, meski tidak kalah. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menunggu segala sesuatu (bd. 1 Korintus 13 : 7).
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ay 18). Siapa sesamamu manusia? Kita sering terperangkap dengan pola pikir Sektarianisme, yaitu sikap mental tertentu yang biasanya ada pada kelompok-kelompok sekte. Sektarianisme membuat garis pemisah antara “saya” dan “mereka”. Misalnya : ketika ada seseorang mengalami kecelakaan, hal yang pertama ditanyakan adalah Kristen atau Islam? Suku Jawa atau suku Batak? Kita tidak perlu mempersoalkan defenisi sesama manusia. Dia manusia, saya manusia, kami sama-sama manusia. Mengasihi berarti menerima orang lain seperti apa adanya. Kasih sejati tidak pernah mengharapkan balasan.
Paulus menyebut kita senantiasa memiliki hutang, yaitu Hutang MENGASIHI SESAMA MANUSIA. Keharusan membayar hutang “mengasihi”didasarkan pada Allah yang terlebih dahulu telah mengasihi kita. Yesus mengasihi kita, meskipun kita tidak layak dikasihi. Bonhoeffer mengatakan bahwa kita harus mengasihi meskipun mereka adalah lawan-lawan kita! Kalau begitu, yang menjadi pertanyaan adalah : mungkinkah manusia mengasihi? Jawabnya adalah : egoisme dan egosentrisme manusia membuat kasih yang sejati itu sesuatu kemustahilan. Bila kasih itu mustahil, yang mungkin adalah : semakin mengasihi. Amin

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS